kpiiaihpancornews.com - Ramadhan di Lombok bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga waktu yang sarat dengan nilai spiritual dan sosial. Dalam masyarakat Sasak, Ramadhan menjadi momentum untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan sekaligus memperkuat ikatan sosial antar sesama. Kesalehan yang lahir selama bulan suci ini tidak hanya bersifat individual, tetapi juga berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat.
Kesalehan spiritual mengacu pada peningkatan kualitas hubungan seseorang dengan Tuhan. Selama Ramadhan, umat Islam di Lombok berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan ibadah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, berdo'a, dan memperbanyak amal kebaikan. Masjid-masjid yang tersebar di seluruh pulau dipenuhi oleh jamaah yang tidak hanya datang untuk shalat, tetapi juga untuk mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang memperdalam pemahaman mereka tentang Islam.
Namun, kesalehan tidak hanya diukur dari hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan. Islam juga menekankan pentingnya hubungan horizontal antar sesama manusia. Inilah yang kemudian melahirkan konsep kesalehan sosial, di mana seseorang tidak hanya memperbaiki diri secara spiritual, tetapi juga berkontribusi dalam kehidupan sosial dengan berbagi, membantu sesama, dan membangun kebersamaan. Di Lombok, hal ini tercermin dalam berbagai tradisi khas Ramadhan, seperti Nyurung (berbagi makanan berbuka puasa), pengajian di berugak, serta kegiatan zakat dan sedekah yang semakin meningkat di bulan suci ini.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Ramadhan di Lombok tidak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga membentuk karakter dan identitas masyarakatnya. Kebiasaan yang dibangun selama bulan suci ini tidak hanya berlaku selama 30 hari, tetapi sering kali berlanjut dalam kehidupan sehari-hari setelahnya. Oleh karena itu, Ramadhan bukan hanya tentang menjalankan ibadah, tetapi juga momentum bagi perubahan sosial yang lebih luas.
Dalam tulisan ini, kita akan membahas bagaimana Ramadhan di Lombok menjadi wahana pembentukan kesalehan spiritual dan sosial, bagaimana nilai-nilai keislaman dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana tradisi-tradisi lokal yang khas memperkuat pengalaman keagamaan di bulan suci ini.
Kesalehan Spiritual: Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Di Lombok, masyarakat percaya bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang memberikan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Aktivitas ibadah meningkat secara signifikan, mulai dari shalat tarawih berjamaah, tadarus Al-Qur’an, hingga i’tikaf di masjid.
Masjid-masjid di Lombok, seperti Masjid Hubbul Wathan di Mataram dan masjid-masjid kuno di Bayan, menjadi pusat spiritualitas yang ramai dikunjungi. Masyarakat tak hanya datang untuk shalat, tetapi juga untuk mendengarkan ceramah agama yang membahas nilai-nilai keislaman dan refleksi diri. Bagi umat Islam Sasak, Ramadhan adalah waktu untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan, menghapus dosa-dosa masa lalu, dan memperkuat komitmen terhadap ajaran Islam.
Selain ibadah wajib, amalan sunnah juga semakin digalakkan. Salah satu tradisi yang masih lestari adalah Bejegi, yaitu doa bersama di masjid atau rumah-rumah sebelum berbuka puasa. Dalam doa ini, masyarakat memohon keberkahan, keselamatan, dan keteguhan iman selama menjalani ibadah puasa.
Kesalehan Sosial: Memperkuat Kebersamaan dan Solidaritas
Kesalehan di bulan Ramadhan tidak hanya bersifat vertikal (hubungan dengan Tuhan), tetapi juga horizontal (hubungan dengan sesama). Di Lombok, bulan ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk menebarkan kebaikan dan mempererat solidaritas sosial.
Salah satu tradisi yang mencerminkan kesalehan sosial adalah Nyurung, yaitu berbagi makanan atau hidangan berbuka puasa kepada tetangga, kerabat, dan fakir miskin. Masyarakat percaya bahwa berbagi makanan tidak hanya membawa keberkahan bagi pemberi, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan dan kepedulian sosial.
Di desa-desa, ada pula kegiatan Berugak Ramadan, yakni pengajian dan diskusi keagamaan yang diadakan di berugak (gazebo tradisional Lombok). Di sini, anak-anak, remaja, hingga orang tua berkumpul untuk belajar tentang Islam, memperdalam pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an, dan membangun kebersamaan yang lebih erat.
Tradisi lain yang sangat kental di Lombok adalah Lombok Berzakat. Menjelang akhir Ramadhan, masyarakat berbondong-bondong menunaikan zakat fitrah dan zakat mal. Ini bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga bentuk solidaritas sosial untuk membantu mereka yang kurang mampu agar dapat merayakan Idulfitri dengan layak.
Ramadhan sebagai Sarana Transformasi Sosial
Lebih dari sekadar bulan ibadah, Ramadhan di Lombok menjadi momentum perubahan sosial yang positif. Selama bulan ini, masyarakat lebih disiplin, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan. Budaya gotong royong semakin terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari membersihkan masjid, membantu fakir miskin, hingga mengadakan acara buka puasa bersama untuk komunitas tertentu.
Ramadhan juga menjadi waktu bagi banyak individu untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan membangun kebiasaan yang lebih baik. Banyak orang yang mulai mengurangi perilaku konsumtif, memperbanyak sedekah, dan memperbaiki hubungan dengan keluarga dan tetangga.
Di desa-desa adat seperti Sade dan Bayan, Ramadhan tetap dijalani dengan penuh kearifan lokal, di mana nilai-nilai Islam berpadu dengan tradisi Sasak yang menjunjung tinggi harmoni dan kebersamaan. Ini membuktikan bahwa kesalehan spiritual dan sosial di Lombok bukan hanya menjadi fenomena temporer, tetapi terus membentuk karakter masyarakat bahkan setelah Ramadhan berakhir.